Rabu, 14 Juli 2010

cara menulis karya ilmiah

Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum menulis karangan adalah memilih topik karangan. Baik tidaknya sebuah karangan sangat ditentukan oleh baik tidaknya topik yang dipilih.

Para penulis pemula pada umumnya mengalami kesulitan untuk memilih topik yang baik. Uraian berikut ini mudah-mudahan dapat membantu Anda!

Topik yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini.

1. Menarik
Topik yang baik adalah yang menarik untuk dibahas, setidak-tidaknya menarik bagi penulisnya. Bila topik karangan tidak menarik, orang tidak akan tertarik untuk membaca karangan itu. Selain itu, penulisnya juga tidak akan bersemangat untuk menyelesaikan karangan itu. Jika penulisnya saja tidak tertarik dengan topik yang dibahas, apalagi para pembacanya.

2. Bermanfaat
Pilihlah topik yang bermanfaat untuk dibahas. Walaupun topik itu sangat menarik, dia bukanlah topik yang baik apabila tidak bermanfaat bagi para pembacanya. Karena itu, harus diperhatikan dulu siapa calon pembaca karangan kita.

3. Cukup Dikenal
Topik yang baik adalah yang cukup dikenal, tidak terlalu asing. Jangan memilih topik yang tidak Anda kenal sama sekali, karena Anda akan mengalami kesulitan dalam membahasnya. Setidak-tidaknya Anda harus sudah pernah mendengar atau membaca topik itu diperbincangkan orang.

4. Ada Sumbernya
Pastikan topik yang Anda pilih ada sumber bahan yang bisa ditemukan. Ini berarti Anda seharusnya pernah membaca beberapa judul karangan yang membahas topik itu, sehingga Anda tidak mengalami kesulitan dalam membahas topik itu secara mendalam. Tidak adanya bahan yang bisa ditemukan akan menyulitkan Anda dalam pembahasan.

5. Cukup Terbatas
Topik yang baik adalah topik yang tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Topik yang terlalu luas akan mengakibatkan pembahasannya tidak bisa mendetail dan tuntas tetapi hanya mengambang pada garis besarnya saja. Sebaliknya topik yang terlalu sempit akan menyulitkan Anda untuk mengembangkan pembahasan dengan panjang karangan yang memadai.

Paragraf pembuka
Tidak sedikit orang yang mengalami kesulitan untuk memulai menulis karangannya, padahal idenya sudah ada dan data pendukungnya sudah lengkap. Bagi sebagian orang mungkin membuat paragraf pembuka merupakan hal yang sulit. Bila Anda termasuk dalam kelompok ini, ikutilah uraian singkat berikut ini. Semoga bermanfaat.

Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk membuat paragraf pembuka agar karangan kita tidak terkesan 'memasuki topik secara mendadak'. Gunakanlah salah satu dari teknik-teknik berikut ini yang paling Anda sukai.

Cara Pertama: Mulailah dengan mengungkapkan sesuatu yang sudah diketahui oleh publik.
Contoh:
Pemilu baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancar seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bisa tidur dan tidak mau makan.

Cara Kedua: Mulailah dengan mengajukan pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena jawabannya sudah jelas.
Contoh:
Adakah orang yang tidak menginginkan kehidupan yang aman dan damai? Kehidupan yang aman dan damai selalu menjadi dambaan orang. Apa artinya kesejahteraan, kekayaan yang melimpah, jika tidak ada rasa aman dan rasa damai? Kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan fisik, tetapi lebih dari itu, kebahagiaan sangat ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan psikis.

Cara Ketiga: Mulailah dengan mengutip slogan, peribahasa, atau pendapat seorang ahli dalam bidang yang sesuai dengan topik karangan.
Contoh:
Mabes Polri seharusnya tak hanya menahan pimpinan KPK nonaktif, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, dalam kasus dugaan suap dan pemerasan. Polisi seharusnya juga menahan dua kakak beradik, Anggodo Widjojo dan Anggoro Widjojo.

Hal tersebut diungkapkan staff khusus bidang hukum Presiden SBY, Denny Indrayana, dalam Dialog bertajuk "Polemik Drama Penahanan Bibit dan Chandra" di Warung Daun, Jl. Pakubuwono No. 10, Jakarta, Sabtu (31/10/2009).

Penggunaan bahasa tulis

I. Dalam menggunakan kata dan frase
1. hendaknya dihindari pemakaian kata atau frase tutur dan kata atau frase setempat,
kecuali bila sudah menjadi perkataan umum.
2. hendaknya dihindarkan pemakaian kata atau frase yang telah usang atau mati
3. hendaknya kata atau frase yang bernilai rasa digunakan secara cermat, sesuai
dengan suasana dan tempatnya.
4. hendaknya kata-kata sinonim dipakai secara cermat pula karena kata-kata sinonim
tidak selamanya sama benar arti pemakaiannya.
5. hendaknya istilah-istilah yang sangat asing bagi umum tidak dipakai dalam
karangan umum
6. hendaknya dihindari pemakaian kata asing atau kata daerah bila dalam bahasa
Indonesia sudah ada katanya, jangan menggunakan kata asing hanya karena
terdorong untuk bermegah dan berbahasa tinggi
7. untuk memperkecil banyaknya kata kembar dan kata bersaingan, dan untuk
menghindari beban atau pemberat yang tidak perlu dalam pemakaian bahasa,
sebaiknya dipedomani kelaziman dan ketentuan ejaan


II. Dalam menyusun kalimat
1. gunakanlah kalimat-kalimat pendek
2. gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang
3. gunakan bahasa sederhana dan jernih pengutaraannya
4. gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk
5. gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan kalimat pasif
6. gunakan bahasa padat dan kuat
7. gunakan bahasa positif, bukan bahasa negatif

Azas-azas mengarang
Di Amerika Serikat dalam tahun 1944 didirikan Robert Gunning Associates,
sebuah badan usaha yang memberikan Penyuluhan Keterbacaan (Readability counseling) dan kursus/latihan dalam penulisan yang jelas (clear writing) kepada berbagai penerbit dan surat kabar. Pendirinya Robert Gunning kemudian mengarang buku-buku berjudul Principles of Clear Writing, Clear News Writing, The Technique of Clear Writing.

Berikut ini adalah sepuluh asas mengarang secara jelas yang dikemukakannya.
1. Keep sentences short
2. Prefer the simple to the complex
3. Prefer the familiar word
4. Avoid unnecessary words
5. Put action in your verbs
6. Write like you talk
7. Use terms you reader can picture
8. Tie in with your reader’s experience
9. Make full use of variety
10. Write to express not impress

1. Usahakanlah kalimat-kalimat yang pendek
Panjang rata-rata kalimat dalam suatu karangan merupakan sebuah tolok ukur yang
penting bagi keterbacaan. Kalimat-kalimat harus selang-seling antara panjang dan
pendek. Penulisan kalimat yang panjang harus diimbangi dengan kalimat-kalimat
yang pendek sehingga meningkatkan kejelasan karangan.

2. Pilihlah yang sederhana daripada yang rumit
Kata-kata yang sederhana, kalimat yang sederhana, bahasa yang sederhana lebih
meningkatkan keterbacaan suatu karangan.

3. Pilihlah kata yang umum dikenal
Dalam mengarang pakailah kata-kata yang telah dikenal masyarakat umum sehingga
ide yang diungkapkan dapat secara mudah dan jelas ditangkap pembaca

4. Hindari kata-kata yang tidak perlu
Setiap perkataan harus mempunyai peranan dalam kalimat dan karangan. Kata-kata
yang tak perlu hanya melelahkan pembaca dan melenyapkan perhatiannya.

5. Berilah tindakan dalam kata-kata kerja Anda
Kata kerja yang aktif, yang mengandung tindakan, yang menunjukkan gerak akan
membuat suatu karangan hidup dan bertenaga untuk menyampaikan pesan/warta yang
dimaksud. Kalimat ‘Bola itu menjebol gawang lawan’ lebih bertenaga dari “Gawang
lawan kemasukan bola itu”

6. Menulislah seperti Anda bercakap-cakap
Perkataan tertulis hanyalah pengganti perkataan yang diucapkan lisan. Dengan
mengungkapkan gagasan seperti halnya bercakap-cakap, karangan menjadi lebih
jelas.

7. Pakailah istilah-istilah yang pembaca Anda dapat menggambarkannya
Perkataan yang konkret lebih jelas bagi pembaca daripada perkataan yang abstrak.
Sebagai contoh, “factory town” (kota dengan banyak pabrik) lebih mudah ditangkap
maksudnya daripada istilah “industrial community” (masyarakat industri).

8. Kaitkan dengan pengalaman pembaca Anda
Istilah-istilah yang abstrak memang berguna untuk proses pemikiran, tetapi licin
untuk berkomunikasi karena terbuka bagi macam-macam penafsiran. Karangan yang
jelas ialah bilamana dapat dibaca dan dipahami pembaca sesuai dengan latar belakang
pengalamannya.

9. Manfaatkan sepenuhnya keanekaragaman
Karangan tidak boleh senada, datar, sepi sehingga membosankan pembaca. Harus ada
variasi dalam kata, frase, kalimat maupun ungkapan lainnya. Kata Disraelli,
“Keanekaragaman dalam karangan adalah sumber kesenangan dalam pembacaan”

10. Mengaranglah untuk mengungkapkan, bukan untuk mengesankan
Maksud utama mengarang ialah mengungkapkan gagasan, dan bukannya
menimbulkan kesan pada pihak pembaca mengenai kepandaian, kebolehan, atau
kehebatan diri penulisnya.( Widyamartaya, 1997: 87)

Menulis judul
Halaman judul pada karya tulis ilmiah adalah halaman yang sama isinya dengan sampul. Ada empat bagian yang tertulis pada keduanya, yaitu:
1. judul karya tulis
2. maksud penulisan
3. nama penulis
4. nama lembaga dan tahun pembuatan.

Judul karya tulis ditulis pada seperempat halaman bagian paling atas, maksud penulisan ditulis pada seperempat halaman bagian kedua dari atas, nama penulis ditulis pada seperempat halaman bagian ketiga dari atas, dan nama lembaga ditulis pada seperempat halaman bagian paling bawah.

Perhatikan contoh di bawah ini!
-------------------------------------------------------------------------------------------------


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM DISKUSI KELAS SISWA SMA MELALUI TEKNIK TERBIMBING



KARYA ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember


Disusun Oleh:
Rustamaji
NIM 010210402409


PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2002

Macam-macam Paragraf
Berikut ini uraian singkat mengenai macam-macam paragraf beserta contoh-contohnya.

Ada 5 macam paragraf:
1. Narasi: paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.

2. Deskripsi: paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.
Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.

3. Eksposisi: paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
Ciri-cirinya: ada informasi
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.

4. Argumentasi: paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.
Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan ''meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.

5. Persuasi: paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu.
Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.

Karya Tulis Ilmiah

Karya ilmiah adalah suatu karya tulis yang mengandung hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan rasional, sesuai dengan bidang yang ditulis, dengan menggunakan tata aturan penulisan yang sudah ditentukan.

Karya ilmiah yang baik memiliki ciri-ciri sbb.:
- objektif;
- sistematis;
- logis; dan
- menggunakan bahasa baku.

Objektif artinya bersifat jujur dan tidak memihak. Fakta-fakta dikemukakan apa adanya, tanpa ditambah atau dikurangi. Penilaian terhadap fakta tidak didasarkan pada sikap suka atau tidak suka, tidak menurut selera pribadi, juga tidak dengan sikap memihak pihak tertentu.

Sistematis artinya gagasan-gagasannya tersusun secara baik, runtut, dan tidak berulang-ulang. Oleh karena itu, sebuah karya ilmiah harus mengikuti sistematika penulisan yang sudah berlaku.

Logis artinya pola penalaran dan pengambilan kesimpulan dapat diterima oleh akal sehat. Antara satu gagasan dengan gagasan yang lain memiliki hubungan yang jelas, misalnya hubungan sebab akibat, hubungan penambahan, atau hubungan perbandingan.

Bahasa baku adalah bahasa yang memenuhi kaidah bahasa yang benar dan bercorak tulis. Harus dihindari penggunaan kata atau istilah yang tidak baku atau beragam lisan.

KATA ASAL DAN KATA JADIAN

KATA ASAL DAN KATA JADIAN

1. Kata asal adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk (kata yang bentuknya masih sederhana)
2. Kata jadian adalah kata yang sudah mendapat imbuhan dan sisipan sehingga bukan merupakan akata asal lagi. Perubahan kata asal menjadi kata jadian karena beberapa gejala atau proses perubahan morfologi
Bentuk kata jadian tersebut dapat berupa kata ulang, kata berimbuhan dan kata majemuk.
A. kata ulang adalah kata yang terdiri dari perulangan kata asal/dasar
a. kata ulang dwilingga, yaitu jenis kata ulang yang terjadi pada seluruh kata dasar. Contoh : laki-laki; macam-macam.
b. Kata ulang dwipurwa, kata ulang yang bentuk perulangannya terjadi pada suku awal kata. Contoh: lelaki; sesuatu; sesuap
c. Kata ulang dwilingga salin suara, yaitu kata ulang yang bentuk perulangannya terjadi pada seluruh kata dasar tetapi terdapat fonem yang berubah. Conto: sayur-mayur; gerak-gerik
d. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang bentuk perulangan kata dasarnya mendapat imbuhan.contoh: mobil-mobilan; anak-anakan
e. Kata ulang semu, yaitu kata ulang yang tidak memiliki bentuk dasar yang diulang. Contoh: buru-buru; lumba-lumba; lumba-lumba
Arti perulangan kata ulang, berdasarkan arti perulangannya maka kata ulang digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a) perulangan yang mengandung makna paling. Contoh: sebanyak-banyaknya = paling banyak; semurah-murahnya = paling murah.
b) Perulangan yang mengandung makna sering (berkali-kali) contoh : dikejar-kejar = sering dikejar; diburu-buru = sering diburu
c) Perulangan yang mengandung makna seperti (tiruan) contoh: anak-ankan = seperti anak ; kuda-kudaan = tiruan kuda
d) Perulangan yang mengandung makna sangat. Contoh : baik-baik = sangat baik ; banyak-banyak = sangat banyak
e) Perulangan yang mengandung makna saling. Contoh : tendang-menendang = saling menendang ; kejar – kejaran = saling mengejar
f) Perulangan yang mengandung makna banyak. Contoh : orang-orang = banyak orang ; tentara-tentara = banyak tentara
g) Perulangan yang mengandung makna hal. Contoh : ketik-mengetik= hal mengetik; surat-menyurat = hal menyurat
h) Pe rulangan yang mengandung makna seenaknya. Contoh : duduk-duduk = seenaknya duduk; tidur –tidran = seenaknya tidur
i) Perulangan yang mengandung makna walupun/meskipun. Contoh : hujan – hujan pergi juga menjadi meskipun hujan pergi: malam – malam dating kerumah menjadi meskipun malam datang ke rumah
j) Perulangan yang mengandung makna agak. Contoh kemerah-merahan = agak merah; kebarat-baertan = agak seperti orang barat
k) Perulangan yang mengandung makna bermacam-macam. Contoh ; tumbuh-tumbuhan = bermacam- macam tumbuhan
B. Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang senyawa dan membentuk sebuah kata baru/makna baru.
a. Ciri-ciri kata majemuk adalah:
a) pada umumnya terdiri dari gabungan kata dasar atau asal, contoh: orang tua; meja kursi; panjang lebar dll.
b) Susunan katanya tidak bias seenaknya dibalik. Contoh : wakil presiden bukan presiden wakil; perdana mentri bukan mentri perdana
c) Susunan unsurnya tidak dapat disisipi stau dipisahkan dengan kata yang lain. Contoh: rumah sakit bukan rumah yang sakit; rumah makan bukan rumah sedang makan
d) Penulisan awalan ditulis di bagian depan kata pertama. Pennulisan ditulis pada bagian akhiran kata kedua. Contoh : orang tuanya bukan orannya tua; rumah sakitnya bukan rumahnya sakit
e) Jika mengalami pengulangan harus diulang penuh. Contoh: rumah sakit-rumah sakit bukan rumah-rumah sakit; kaki tangan-kaki tangan bukan kaki tangan - tangan
b. jenis kata majemuk
a) kata majemuk setara (kata majemuk kompulatif atau kata majemuk gabungan), yaitu kata majemuk yang bagian-bagiannya sederajat.
- bagian – bagiannya terdiri dari wakil- wakil keseluruhan yang dimaksud. Contoh : kaki tangan; tikar bantal; orang tuanya
- bagian-bagiannya terdiri dari kata-kata yang berlawanan. Contoh: besar kecil; tau muda; pria wanita; kaya miskin dll.
- Bagian-bagiannya terdiri dari kata –kata yang maknanya hampir sama. Contoh : panjang lebar; susah payah; hancur lebur; remuk redam dll.
b) Kata majemuk tak setara (kata majemuk determinative), yaitu kata majemuk yang tidak mempunyai inti, terdiri dari ;
- Kata majemuk dengan susunan DM (diterngkan menerangkan). Contoh: raja muda; orang tua; meja makan; panjang tangan; keras kepala dll.
- Kata majemuk dengan susunan MD (menerangkan diterangkan). Contoh: purbakala; bumiputra; maharaja; permaisuri dll.(kata majemuk seperti ini disebut juga rangkaian sangsekerta)
c. penulisan kata majemuk
a) kata majemuk ditulis serangkai jika dipandang tidak senyawa benar-benar. Contoh: matahari; pancasila; maharaja; dwipurwa dll.
b) Kata majemuk ditulis berurutan tanpa gasis hubung. Contoh: rumah sakit bukan rumah-sakit; rumah makan bukan rumah-makan; orang tua bukan orang-tua
c) Jika berawalan dan berakhiran (berimbuhan) maka penulisannya harus dirangkaikan. Cntoh: kurang ajar menjadi kekurangajaran; tanggung jawab menjadi pertanggungjawaban
C. Imbuhan atau afiks, yaitu bentruk morfem terikat yang menempel atau ditempelkan pada suatu kata, baik kata dasar maupun kta jadian. Contoh: di-pada pukul menjadi dipukul; ber-pada cermin menjadi bercermin; pe-an pada tembak menjadi penembakan; per-i pada ingat menjadi peringati; -er- pada gigi menjadi gerigi; di-kan pad abaca menjadi dibacakan. Imbuhan terdiri dari awalan (prefiks), sisipan (infiks) dan akhiran (sufiks)
a. Awalan, yaitu imbuhan yang menempel di depan suatu kata dasr atau kata jadian. Awalan disebut juga prefiks. Contoh:
- awalan di-, contoh: di + pukul menjadi dipukul; di + makan menjadi dimakan
- awalan me-, me + tulis menjadi menulis; me + baca menjadi membaca
- awalan ber-, contoh: ber + renang menjadi berenang; ber + joget menjadi berjoget
b. Sisipan (infiks) , y aitu imbuhan yang terletak di tengah-tengah kata dasr atau kata jadian. Proses menyidipkan imbuhan pada tengah-tengah kata disebut infiksasi., contoh:
- sisipan –el-, contoh: pada kata tunjuk menjadi telunjuk; pada kata gembung mejadi gelembung
- sisipan –em-, contoh: pada kata guruh menjadi gemuruh; pada kata getar menjadi gemetar; pada kata kuning menjadi kemuning
- sisipan –er-, contoh: pada kata gigi menjadi gerigi; pada kata sabur menjadi serabut
c. Akhiran (sufiks), aitu imbuhan yang terletak pada akhir kata. Proses pemberian akkhiran disebut sufiksasi. Contoh :
- akhiran –an, contoh: pakai + an menjadi pakaian; makan + an menjadi makanan
- akhiran –I, contoh: naung + i menjadi naungi; payung + i menjadi payungi
- akhiran –kan, contoh: tulis + kan menjadi tuliskan; baca + kan menjadi bacakan
d. Imbuhan senyawa (konfiks), yaitu imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang melekat di depan maulun di belakang kata dasar atau kata jadian. Proses pemberian imbuhan gabungan pada kata dasr atau kata jadian konfiksasi. Contoh:
- imbuhan ke-an, contoh: kata manusia menjadi kemanusiaan: kata rindu menjadi kerinduan
- imbuhan per-an, contoh; pada kata adil menjadi peradilan; pada kata rasa menjadi perasaan
- imbuhan pe-an, contoh: pada kata lari menjadi pelari; pada kata lantik menjadi pelantikan
e. Imbuhan gabungan, yaitu dua imbuhan atau lebih yang melekat pada suatu kata dasr atau kata jadian. Imbuhan gabungan terdiri dari memper, memper-kan, memper-i, me-i dsb.
- imbuhan memper-, contoh; pada kata budak menjadi memperbudak; pada kata istri menjadi memperistri
- imbuhan memper – kan, contoh: kata temu menjadi mempertemukan; pada kata tuhan menjadi mempertuhankan
- imbuhan memper – i. contoh: pada kata istri menjadi memperistri; pada kata cantik menjadi mempercantiki
- imbuhan me- i, contoh; pada kata kawin menjadi mengawini; pungut menjadi memunguti

pembentukan kata

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks.

Definisi Istilah
kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.

prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.

keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.


Afiks Bahasa Indonesia yang Umum
prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-
sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
konfiks: ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya



Penggunaan Afiks
Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.
Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.

Frekuensi Penggunaan Afiks
Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan entri kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks. Menurut persentase, 57% berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata lainnya tidak.
Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa Indonesia dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut, terdapat 2.887 atau kira-kira 29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar atau majalah, Anda mungkin dapat menemukan 29 kata yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks. Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.

Aplikasi Afiks
ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba dengan afiks "ber-" mempunyai kata yang sama dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki salah satu dari prefiks ini.

di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya. Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.
(1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah)
(2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan, pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.

se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut:
1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam Bahasa Inggris)
2. untuk menyatakan seluruh atau segenap
3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan
4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan waktu

-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut . Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian lain dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 20 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

-kah : menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini jarang digunakan.

-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:
1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan
.
pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.

per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.

se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).

-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini. contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently

-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya” pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk.
Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk (bukan sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar dan majalah berita

Senin, 12 Juli 2010

materi sma kelas X macam-macam majas

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
2. Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya
3. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang
4. Antitesis
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
5. Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.
6. Tautotes
Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru
7. Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa
8. Epistrofora
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi,
Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi
9. Simploke
Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.
10. Mesodiplosis
Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.
11. Epanalepsis
Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
12. Anadiplosis
Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.
Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.

13. Aliterasi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Keras-keras kena air lembut juga
14. Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya
15. Anastrof atau Inversi
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.
16. Apofasis atau Preterisio
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.
Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara
17. Apostrof
Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.
Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan
18. Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
19. Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?
20. Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.
Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
21. Elipsis
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.


22. Eufimisme
Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.
Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran
23. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku!
24. Histeron Proteron
adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasir putihnya
25. Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya
26. Tautologi
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan
27. Parifrasis
Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang sama artinya.
Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu
28. Prolepsis atau Antisipasi
Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.
29. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh : inikah yang kau namai bekerja?
30. Silepsis dan Zeugma
Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.
31. Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.
32. Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
33. Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.
34. Oksimoron
adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh : Keramah-tamahan yang bengis
35. Asosiasi atau Simile
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.
Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam
36. Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita
37. Alegori
adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.
Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.
38. Parabel
Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.
Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar
39. Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting
40. Alusi
Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.
Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya
41. Eponim
Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.
42. Epitet
Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.
43. Sinekdoke
- Pars Pro Tato
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan. Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya
- Totem Pro Parte
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh : Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau

44. Metonimia
Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah
45. Antonomasia
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
46. Hipalase
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut maskawin dari almarhum)
47. Ironi
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?
48. Sinisme
adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam
Contoh : Harum bener baumu pagi ini
49. Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga
50. Satire
Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!
51. Inuendo
Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya
52. Antifrasis
Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat
53. Pun atau Paronomasia
Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.
Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu
54. Simbolik
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang.
Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.
55. Tropen
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botol minuman.
56. Alusio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.
Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?

57. Interupsi
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.
Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.
58. Eksklmasio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.
Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
59. Enumerasio
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
60. Kontradiksio Interminis
Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.
Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.
61. Anakronisme
Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.
Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)
62. Okupasi
Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh orang banyak dianggap benar.
Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya.
63. Resentia
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian tertentu dari kalimat yang dihilangkan.
Contoh : “Apakah ibu mau….?”
sugikmaut@yahoo.com