Rabu, 14 Juli 2010

cara menulis karya ilmiah

Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum menulis karangan adalah memilih topik karangan. Baik tidaknya sebuah karangan sangat ditentukan oleh baik tidaknya topik yang dipilih.

Para penulis pemula pada umumnya mengalami kesulitan untuk memilih topik yang baik. Uraian berikut ini mudah-mudahan dapat membantu Anda!

Topik yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini.

1. Menarik
Topik yang baik adalah yang menarik untuk dibahas, setidak-tidaknya menarik bagi penulisnya. Bila topik karangan tidak menarik, orang tidak akan tertarik untuk membaca karangan itu. Selain itu, penulisnya juga tidak akan bersemangat untuk menyelesaikan karangan itu. Jika penulisnya saja tidak tertarik dengan topik yang dibahas, apalagi para pembacanya.

2. Bermanfaat
Pilihlah topik yang bermanfaat untuk dibahas. Walaupun topik itu sangat menarik, dia bukanlah topik yang baik apabila tidak bermanfaat bagi para pembacanya. Karena itu, harus diperhatikan dulu siapa calon pembaca karangan kita.

3. Cukup Dikenal
Topik yang baik adalah yang cukup dikenal, tidak terlalu asing. Jangan memilih topik yang tidak Anda kenal sama sekali, karena Anda akan mengalami kesulitan dalam membahasnya. Setidak-tidaknya Anda harus sudah pernah mendengar atau membaca topik itu diperbincangkan orang.

4. Ada Sumbernya
Pastikan topik yang Anda pilih ada sumber bahan yang bisa ditemukan. Ini berarti Anda seharusnya pernah membaca beberapa judul karangan yang membahas topik itu, sehingga Anda tidak mengalami kesulitan dalam membahas topik itu secara mendalam. Tidak adanya bahan yang bisa ditemukan akan menyulitkan Anda dalam pembahasan.

5. Cukup Terbatas
Topik yang baik adalah topik yang tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Topik yang terlalu luas akan mengakibatkan pembahasannya tidak bisa mendetail dan tuntas tetapi hanya mengambang pada garis besarnya saja. Sebaliknya topik yang terlalu sempit akan menyulitkan Anda untuk mengembangkan pembahasan dengan panjang karangan yang memadai.

Paragraf pembuka
Tidak sedikit orang yang mengalami kesulitan untuk memulai menulis karangannya, padahal idenya sudah ada dan data pendukungnya sudah lengkap. Bagi sebagian orang mungkin membuat paragraf pembuka merupakan hal yang sulit. Bila Anda termasuk dalam kelompok ini, ikutilah uraian singkat berikut ini. Semoga bermanfaat.

Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk membuat paragraf pembuka agar karangan kita tidak terkesan 'memasuki topik secara mendadak'. Gunakanlah salah satu dari teknik-teknik berikut ini yang paling Anda sukai.

Cara Pertama: Mulailah dengan mengungkapkan sesuatu yang sudah diketahui oleh publik.
Contoh:
Pemilu baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancar seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bisa tidur dan tidak mau makan.

Cara Kedua: Mulailah dengan mengajukan pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena jawabannya sudah jelas.
Contoh:
Adakah orang yang tidak menginginkan kehidupan yang aman dan damai? Kehidupan yang aman dan damai selalu menjadi dambaan orang. Apa artinya kesejahteraan, kekayaan yang melimpah, jika tidak ada rasa aman dan rasa damai? Kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan fisik, tetapi lebih dari itu, kebahagiaan sangat ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan psikis.

Cara Ketiga: Mulailah dengan mengutip slogan, peribahasa, atau pendapat seorang ahli dalam bidang yang sesuai dengan topik karangan.
Contoh:
Mabes Polri seharusnya tak hanya menahan pimpinan KPK nonaktif, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, dalam kasus dugaan suap dan pemerasan. Polisi seharusnya juga menahan dua kakak beradik, Anggodo Widjojo dan Anggoro Widjojo.

Hal tersebut diungkapkan staff khusus bidang hukum Presiden SBY, Denny Indrayana, dalam Dialog bertajuk "Polemik Drama Penahanan Bibit dan Chandra" di Warung Daun, Jl. Pakubuwono No. 10, Jakarta, Sabtu (31/10/2009).

Penggunaan bahasa tulis

I. Dalam menggunakan kata dan frase
1. hendaknya dihindari pemakaian kata atau frase tutur dan kata atau frase setempat,
kecuali bila sudah menjadi perkataan umum.
2. hendaknya dihindarkan pemakaian kata atau frase yang telah usang atau mati
3. hendaknya kata atau frase yang bernilai rasa digunakan secara cermat, sesuai
dengan suasana dan tempatnya.
4. hendaknya kata-kata sinonim dipakai secara cermat pula karena kata-kata sinonim
tidak selamanya sama benar arti pemakaiannya.
5. hendaknya istilah-istilah yang sangat asing bagi umum tidak dipakai dalam
karangan umum
6. hendaknya dihindari pemakaian kata asing atau kata daerah bila dalam bahasa
Indonesia sudah ada katanya, jangan menggunakan kata asing hanya karena
terdorong untuk bermegah dan berbahasa tinggi
7. untuk memperkecil banyaknya kata kembar dan kata bersaingan, dan untuk
menghindari beban atau pemberat yang tidak perlu dalam pemakaian bahasa,
sebaiknya dipedomani kelaziman dan ketentuan ejaan


II. Dalam menyusun kalimat
1. gunakanlah kalimat-kalimat pendek
2. gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang
3. gunakan bahasa sederhana dan jernih pengutaraannya
4. gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk
5. gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan kalimat pasif
6. gunakan bahasa padat dan kuat
7. gunakan bahasa positif, bukan bahasa negatif

Azas-azas mengarang
Di Amerika Serikat dalam tahun 1944 didirikan Robert Gunning Associates,
sebuah badan usaha yang memberikan Penyuluhan Keterbacaan (Readability counseling) dan kursus/latihan dalam penulisan yang jelas (clear writing) kepada berbagai penerbit dan surat kabar. Pendirinya Robert Gunning kemudian mengarang buku-buku berjudul Principles of Clear Writing, Clear News Writing, The Technique of Clear Writing.

Berikut ini adalah sepuluh asas mengarang secara jelas yang dikemukakannya.
1. Keep sentences short
2. Prefer the simple to the complex
3. Prefer the familiar word
4. Avoid unnecessary words
5. Put action in your verbs
6. Write like you talk
7. Use terms you reader can picture
8. Tie in with your reader’s experience
9. Make full use of variety
10. Write to express not impress

1. Usahakanlah kalimat-kalimat yang pendek
Panjang rata-rata kalimat dalam suatu karangan merupakan sebuah tolok ukur yang
penting bagi keterbacaan. Kalimat-kalimat harus selang-seling antara panjang dan
pendek. Penulisan kalimat yang panjang harus diimbangi dengan kalimat-kalimat
yang pendek sehingga meningkatkan kejelasan karangan.

2. Pilihlah yang sederhana daripada yang rumit
Kata-kata yang sederhana, kalimat yang sederhana, bahasa yang sederhana lebih
meningkatkan keterbacaan suatu karangan.

3. Pilihlah kata yang umum dikenal
Dalam mengarang pakailah kata-kata yang telah dikenal masyarakat umum sehingga
ide yang diungkapkan dapat secara mudah dan jelas ditangkap pembaca

4. Hindari kata-kata yang tidak perlu
Setiap perkataan harus mempunyai peranan dalam kalimat dan karangan. Kata-kata
yang tak perlu hanya melelahkan pembaca dan melenyapkan perhatiannya.

5. Berilah tindakan dalam kata-kata kerja Anda
Kata kerja yang aktif, yang mengandung tindakan, yang menunjukkan gerak akan
membuat suatu karangan hidup dan bertenaga untuk menyampaikan pesan/warta yang
dimaksud. Kalimat ‘Bola itu menjebol gawang lawan’ lebih bertenaga dari “Gawang
lawan kemasukan bola itu”

6. Menulislah seperti Anda bercakap-cakap
Perkataan tertulis hanyalah pengganti perkataan yang diucapkan lisan. Dengan
mengungkapkan gagasan seperti halnya bercakap-cakap, karangan menjadi lebih
jelas.

7. Pakailah istilah-istilah yang pembaca Anda dapat menggambarkannya
Perkataan yang konkret lebih jelas bagi pembaca daripada perkataan yang abstrak.
Sebagai contoh, “factory town” (kota dengan banyak pabrik) lebih mudah ditangkap
maksudnya daripada istilah “industrial community” (masyarakat industri).

8. Kaitkan dengan pengalaman pembaca Anda
Istilah-istilah yang abstrak memang berguna untuk proses pemikiran, tetapi licin
untuk berkomunikasi karena terbuka bagi macam-macam penafsiran. Karangan yang
jelas ialah bilamana dapat dibaca dan dipahami pembaca sesuai dengan latar belakang
pengalamannya.

9. Manfaatkan sepenuhnya keanekaragaman
Karangan tidak boleh senada, datar, sepi sehingga membosankan pembaca. Harus ada
variasi dalam kata, frase, kalimat maupun ungkapan lainnya. Kata Disraelli,
“Keanekaragaman dalam karangan adalah sumber kesenangan dalam pembacaan”

10. Mengaranglah untuk mengungkapkan, bukan untuk mengesankan
Maksud utama mengarang ialah mengungkapkan gagasan, dan bukannya
menimbulkan kesan pada pihak pembaca mengenai kepandaian, kebolehan, atau
kehebatan diri penulisnya.( Widyamartaya, 1997: 87)

Menulis judul
Halaman judul pada karya tulis ilmiah adalah halaman yang sama isinya dengan sampul. Ada empat bagian yang tertulis pada keduanya, yaitu:
1. judul karya tulis
2. maksud penulisan
3. nama penulis
4. nama lembaga dan tahun pembuatan.

Judul karya tulis ditulis pada seperempat halaman bagian paling atas, maksud penulisan ditulis pada seperempat halaman bagian kedua dari atas, nama penulis ditulis pada seperempat halaman bagian ketiga dari atas, dan nama lembaga ditulis pada seperempat halaman bagian paling bawah.

Perhatikan contoh di bawah ini!
-------------------------------------------------------------------------------------------------


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM DISKUSI KELAS SISWA SMA MELALUI TEKNIK TERBIMBING



KARYA ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember


Disusun Oleh:
Rustamaji
NIM 010210402409


PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2002

Macam-macam Paragraf
Berikut ini uraian singkat mengenai macam-macam paragraf beserta contoh-contohnya.

Ada 5 macam paragraf:
1. Narasi: paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.

2. Deskripsi: paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.
Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.

3. Eksposisi: paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
Ciri-cirinya: ada informasi
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.

4. Argumentasi: paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.
Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan ''meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.

5. Persuasi: paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu.
Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.

Karya Tulis Ilmiah

Karya ilmiah adalah suatu karya tulis yang mengandung hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan rasional, sesuai dengan bidang yang ditulis, dengan menggunakan tata aturan penulisan yang sudah ditentukan.

Karya ilmiah yang baik memiliki ciri-ciri sbb.:
- objektif;
- sistematis;
- logis; dan
- menggunakan bahasa baku.

Objektif artinya bersifat jujur dan tidak memihak. Fakta-fakta dikemukakan apa adanya, tanpa ditambah atau dikurangi. Penilaian terhadap fakta tidak didasarkan pada sikap suka atau tidak suka, tidak menurut selera pribadi, juga tidak dengan sikap memihak pihak tertentu.

Sistematis artinya gagasan-gagasannya tersusun secara baik, runtut, dan tidak berulang-ulang. Oleh karena itu, sebuah karya ilmiah harus mengikuti sistematika penulisan yang sudah berlaku.

Logis artinya pola penalaran dan pengambilan kesimpulan dapat diterima oleh akal sehat. Antara satu gagasan dengan gagasan yang lain memiliki hubungan yang jelas, misalnya hubungan sebab akibat, hubungan penambahan, atau hubungan perbandingan.

Bahasa baku adalah bahasa yang memenuhi kaidah bahasa yang benar dan bercorak tulis. Harus dihindari penggunaan kata atau istilah yang tidak baku atau beragam lisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar